21 Apr 2012

Kerangka Metodologis Pemikiran KHA. Dahlan

1.      1. Sejarah Hidup KHA. Dahlan

              Pendiri Muhammadiyah adalah KHA. Ahmad Dahlan.Ia lahir di Kampung Kuman, Yogyakarta,pada tahun 1868 M dengan nama Muhammad Darwis. Ayahnya bernama KH Abubakar,seorang khatib Masjid besar Kesultanan Yogyakarta, yang apabila dilacak silsilahnya sampai kepada Maulana Malik Ibrahim.Ibunya bernama Siti Aminah , putri KH Ibrahim,Penghulu Kesultanan Yogyakarta.Jadi Muhammad Darwis itu dari pihak ayah maupun ibunya adalah keturunan ulama.
            Di masyarakat Kauman khususnya ada pendapat umum bahwa barangsiapa yang memasuki sekolah Gubernemen dianggap kafir atau kristen. Oleh karena itu ketika menginjak usia sekolah Muhammad Darwis tidak disekolahkan melainkan diasuh dan dididik mengaji Al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama Islam oleh ayahnya sendiri di rumah..Pada usia delapan tahun ia telah lancar membaca AL-Qur’an hingga khatam.Selanjutnya ia belajar Fiqih kepada KH Muhammad Shaleh,dan Nahwu kepada KH. Muhsin yang merupakan kakak ipar Muhammad Darwis.Pada tahun 1889 M, ia dikawinkan dengan Siti Walidah, putri KH. Muhammad Fadli, kepala penghulu kesultanan Yogyakarta.Jadi Siti Walidah itu masih saudara sepupu Muhammad Darwis.
              Beberapa bulan setelah perkawinannya,Muhammad Darwis menunaikan ibadah Haji.Ia tiba di Mekkah pada bulan Rajab 1308 H (1890).Setelah menunaikan umrah ia bersilaturahmi dengan para ulama Indonesia maupun Arab yang telah dipesankan oleh ayahnya.Ia juga rajin menambah ilmu kepada KH. Mahfud Termas, KH. Nahrowi Banyumas, KH. Muhammad Nawawi Banten,  dan juga kepada pada ulama Arab di Masjidil Haram.Ia juga mendatangi ulama madhzab Syafii Bakri Syata’,  dan mendapat ijazah nama Haji Ahmad Dahlan.Setalah musim haji selesai ia pulang, dfan tiba di Yogyakarta pada minggu pertama bulan Safar 1309 H (1891 M).Selain berganti nama juga bertambah ilmu. Ia lalu mmembantu ayahnya mengajar para santri dewasa maupun orang tua, lalu mendapat sebutan KH.Ahmad Dahlan.
             Pada tahun 1896 ayahnya wafat, dan ia mengganti kedudukan ayahnya sebagai khalib di mesjid agung. pada tahun 1899 beliau memperluas musholla peninggalan ayahnya dengan arah kiblat yang dihitung dengan tepat (miring utara). hal ini menggoncangkan masyarakat waktu itu, mesjid besar kauman dibuat garis shaf agar arah kiblatnya benar. kejadian ini menggemparkan dan mengusik perhatian kyai pengulu sehingga memperhatikan mushalla tersebut dibongkar.
             Pada tahun 1903, KH ahmad dahlan kembali pergi haji beserta putranya M. siraj dan mukmindi mekkah selama 1,5 tahun. sepulang dari mekkah KH ahmad dahlan mendirikan pondok untuk muridnya yang datang dari luar kota.
             Pada tahun 1909 memasuki budi utomo, sekaligus untuk berdakwah dan mengajar kweekschool (sekolah raja). tahun 1912 mendirikan sekolah rakyat dirumahnya. pada tanggal 18 november 1912 M atau 8 dzulhijjah 1330 H mendirikan perkumpulan muhammadiyah melalui budi utomo.
              Ditengah usahanya berdakwah, ajal menjemputnya pada tanggal 23 februari 1923 atau 7 rajab 1340 H. KH ahmad dahlan dimakamkan di karangkanjen. pada hari pemakamanya jogjakarta berkabung, semua sekolah (negeri atau swasta) diliburkan. di muka jenazah berbasis pandu Hizbul wathan dan masyarakat mengiringi sepanjang jalan.


2. Pendidikan dan Perjuangan K.H.A. Dahlan

            K.H. Ahmad Dahlan tidak pernah mengalami pendidikan formal. Ia menguasai beragam ilmu dari belajar secara otodidak baik belajar kepada ulama atau seorang ahli atau membaca buku-buku atau kitab-kitab. Beliau belajar ilmu fikih dari Kyai Mohammad Soleh yang juga kakak iparnya sendiri, belajar ilmu nahwu dari K.H. Muhcsin, belajar ilmu falaq dari K.H. Raden Dahlan dari Pondok Pesantren Termas, belajar ilmu hadits dari Kyai Mahfudz, belajar qiroatul qur’an dari Syekh Amin dan lain-lain. K.H. Ahmad Dahlan juga pernah berinteraksi dengan para ulama terutama saat beliau berada di Mekah, misalnya dengan Syekh Muhammad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya dan lain-lain.
Setelah lima tahun belajar di Makkah pada tahun 1888 saat berusia 20 tahun, Darwisy kembali ke kampungnya. Beliau pun berganti nama menjadi Ahmad Dahlan dan diangkat menjadi khatib amin di lingkungan Kesultanan Yogyakarta.
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam.
            Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
           
            Semangat, jiwa dan pemikiran itulah kemudian diwujudkan dengan menampilkan corak keagamaan yang sama melalui Muhammadiyah. Bertujuan untuk memperbahrui pemahaman keagamaan (ke-Islaman) di sebagian besar dunia Islam saat itu yang masih bersifat ortodoks (kolot). Ahmad Dahlan memandang sifat ortodoks itu akan menimbulkan kebekuan ajaran Islam, serta stagnasi dan dekadensi (keterbelakangan) ummat Isalm. Maka beliau memandang, pemahaman keagamaan yang statis itu harus dirubah dan diperbaharui, dengan gerakan purifikasi atau pemurniaan ajaran Islam dengan kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadist
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang kebanyakan dari golongan priyayi, dan bermacam-macam tuduhan lain. Saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah OSVIA Magelang, yang merupakan sekolah khusus Belanda untuk anak-anak priyayi. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun ia berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut.

3. Kepemimpinan K.H.A. Dahlan

Pada 18 November 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya dibatasi
Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari,Imogiri dan lain-Iain telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung Pandang, Ahmadiyah di Garut. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam.
            Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. 

4. Pokok-Pokok Pikiran KHA Dahlan

Setiap organisasi tidak dapat dipisahkan dari pendirinya. Demikian pula Muhammadiyah tidak dapat dipisahkan dari K.H.A. Dahlan, K.H.A. Dahlan mengambil keputusan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah pada tahun 1912, itu dengan maksud agar pokok-pokok pikiran beliau dapat diwujudkan melalui Persyarikatan yang beliau dirikan.
Pokok-Pokok Pemikiran K.H.A. Ahmad Dahlan sebagai berikut :
 
  1. Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
            Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah pada hakekatnya merupakan ideologi Muhammadiah yang memberi gambaran tentang pandangan Muhammadiayah mengenai kehidupan manusia di muka bumi ini, cita-cita yang ingin diwujudkan dan cara-cara yang dipergunakan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhamadiyah mengandung 7 pokok pikiran/prinsip/pendirian ialah :

  1. Pokok pikiran pertama : “Hidup manusia harus berdasarkan Tauhid (meng-Esakan) Allah; ber-Tuhan, beribadah serta tanduk dan taat hanya kepada Allah”.
  2. Pokok pikiran kedua : “Hidup Manusia Itu Bermasyarakat/sosial”
  1. Pokok pikiran ketiga : “Pilihan alternatif”; bahwa hanya Isalm sajalah satu-satunya alternatif yang dipilih, karena ia satu-satunya ajaran hidup yang hak (benar) lagi sempurna.
  1. Pokok pikiran ke empat : “Konsekuensi terhadap pilihan alternatif”.
Wajib memperjuangkan tegaknya ajaran Islam sebagai alternatif yang dipilihnya.
  1. Pokok pikiran kelima : “Etika, dan metode memperjuangkan pilihan alternatif”.
Perjuangan menegakkan ajaran Isalm harus dengan mengikuti akhlak/etika kepemimpinan dan metode perjuangan Nabi Besar Muhammad SAW”.
  1. Pokok pikiran keenam : “Alat perjuangan menegakkan pilihan alternatif”. Perjuangan menegakkan ajaran Isalm hanya akan berhasil bila menggunakan alat perjuangan berupa organisai.
  1. Pokok pikiran ketujuh :”Tujuan perjuangan menegakkan pilihan alternatif”.
Perjuangan menegakkan agama Islam bertujuan untuk mewujudkan masyrakat utama, adil,dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu wa ta’ala. 

  1. Kepribadian Muhammadiyah
            Kepribadian Muhammadiah adalah rumusan yang menggabarkan hakekat muhammadiah, serta apa yang menjadi dasar dan pedoman amal usaha dan perjuangan muhammadiyah, serta sifat-sifat yang dimilikinya.
  1.  Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah
            Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah pada dasarnya merupakan rumusan ideologi Muhammadiyah yang menggambarkan tentang hakekat Muhamadiyah, faham agama menurut Muhamadiyah dan misi Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
  1. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah
            Pedoman Hidup Islam Warga Muhammadiyah adalah seperangkat nilai dan norma Islam yang bersumber Alqur’an dan As Sunnah menjadi pola bagi tingkah laku warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan sehari-hari sehingga tercemin kepribadian Islam menuju terwujudnya masyrakat Islam yang sebenar-benarnya.






0 komentar:

Posting Komentar